Oleh karena itu, siapa mengatur dirinya dengan
waktu-waktu langit, niscaya tidak akan banyak masalah atau keluhan dalam
hidupnya.
![]() | |
|
Pria Muslim ini menempatkan waktu tanda shalat di
dinding pada hari pertama Ramadhan di masjid di Kota Spanyol selatan Estepona,
11 Agustus 2010
|
BANGSA Arab mengenal
waktu adalah pedang. Sedangkan Bangsa Barat menetapkan waktu adalah uang. Dan,
sebagaimana yang terjadi di masa kini, basis penetapan nilai akan sesuatu yang
diwujudkan dalam bentuk uang bergantung pada durasi waktu.
Contoh
sederhana, seseorang ingin menghubungi keluarganya menggunakan handphone, maka
berapa pulsa yang dibutuhkan bergantung pada berapa lama ia berbicara.
Demikian
pula dalam hal konsultasi dengan pakar, semua berbasis waktu. Satu jam sekian,
satu hari sekian dan seterusnya. Prinsipnya waktu adalah penentu.
Akan
tetapi, ada yang mungkin terlewat dari bahasan umat Islam, yaitu tentang betapa
pentingnya waktu-waktu langit. Waktu-waktu yang tidak mungkin bisa dipahami
oleh seorang manusia pun, melainkan bersumber dari ajaran Islam.
Waktu-waktu
langit dimaksud adalah waktu Fajar, Dhuha, Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan
Lail (malam hari). Dan, Allah tidak jarang dalam penekanannya terhadap sesuatu
yang urgen menggunakan sumpah-Nya dengan waktu.
Menariknya,
waktu-waktu langit itu sangat berkorelasi dengan perubahan kondisi cahaya di
langit. Waktu Fajar misalnya, yang Allah juga jadikan sumpah dalam Surat
Al-Fajr ayat pertama, adalah waktu perubahan langit dan alam secara drastis,
yakni hilangnya kegelapan dan bermulanya cahaya terang benderang.
Dengan
kata lain, waktu Fajar adalah waktu urgen yang umat Islam mesti memanfaatkannya
dengan baik. Apa saja yang harus dipersiapkan dan dilakukan di waktu fajar?
Pertama, bangun lebih
dini. Siapa tidur di waktu Fajar besar kemungkinan matahari akan mendahului
jadwal bangun seseorang.
Mengingat
waktu ini adalah waktu dimana malaikat malam dan siang berkumpul, maka
Rasulullah Shallalallahu Alayhhi Wasallam pun memberikan keteladanan setiap
hari dengan bersegera tidur di awal malam. Amalan tersebut membuktikan badan
Rasulullah lebih sehat, dan sholat di waktu Fajar bisa dilaksanakan secara
maksimal.
Kemudian,
bagi yang memiliki jiwa pembelajar, bangun lebih awal akan memungkinkannya
memiliki waktu cukup untuk taqarrub dan tadabbur hingga tiba waktu Fajar,
sehingga pagi hari baginya adalah masa dimana iman dan ilmunya terjaga, bahkan
terasah dan kian menguat. Terlebih jika waktu tersebut juga diisi dengan
memohon ampunan kepada-Nya.
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan selalu
memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS. Al-Dzariyat [51]: 18).
Dari
sisi kesehatan, Muslim yang bisa mengisi waktu Fajar akan memiliki beberapa
keuntungan. Mulai dari adanya space waktu untuk bisa berolahraga, belajar
hingga menyiapkan hal-hal penting, terutama sarapan pagi, sehingga tidak ada
istilah tidak sempat sarapan.
Selain
itu, bangun lebih pagi ternyata menghindarkan seseorang dari serangan depresi.
Sebuah studi di Jerman pada tahun 2013 menyebutkan bahwa mereka yang cenderung
tidur terlalu larut dan sulit bangun pagi memiliki risiko depresi yang tinggi.
Kedua, sholat sunnah
Fajar. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud sholat sunnah Fajar
adalah sholat sunnah qabliyah, yang keutamaannya (sekalipun sunnah)
menegasikan segala macam kebanggaan manusia akan kekayaan alam semesta.
“Dua
roka’at Fajar (sholat sunnah qabliyah Subuh) lebih baik daripada dunia dan
seisinya.” (HR. Muslim).
Untuk
memotivasi umatnya, Rasulullah pun tidak pernah mau ketinggalan mengerjakan
sholat sunnah Fajar ini.
“Nabi tidaklah menjaga shalat sunnah yang lebih
daripada menjaga shalat sunnah dua rakaat sebelum Subuh.” (HR. Muslim).
Ini
baru uraian tentang satu saja dari waktu-waktu langit yang ada. Bagaimana jika
seluruh waktu-waktu langit itu diisi sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya
syariatkan? Lail (waktu malam) misalnya, sungguh ada keutamaan yang tidak Allah
berikan di waktu lainnya.
Oleh
karena itu, siapa mengatur dirinya dengan waktu-waktu langit, niscaya tidak
akan banyak masalah atau keluhan dalam hidupnya.
Sungguh
dampak paling nyata pun, berupa kesehatan, kecerdasan dan kebahagiaan akan
memancar dalam kehidupan. Oleh karena itu, masihkah kita akan bermain-main
dengna waktu. Padahal Allah telah jelaskan jenis-jenis waktu dan bagaimana
memanfaatkannya agar bahagia dunia akhirat?
Sumber : hidayatullah.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar